Selasa, Februari 17, 2009

BUDIDAYA MELATI, BISNIS YANG SEMAKIN MEKAR DAN HARUM

MELATI (Jasminum sp) termasuk tanaman hias yang mampu hidup bertahun-tahun. Batangnya yang tegak serta memiliki bunga berwarna putih mungil dan harum, sering digunakan untuk berbagai kebutuhan. Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi, kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau pengharum teh.
Melati pun dapat berbunga sepanjang tahun serta tumbuh subur pada tanah yang gembur dengan ketinggian sekitar 600 atau 800 meter di atas permukaan laut, asalkan mendapatkan cukup sinar matahari. Melati dapat dikembangbiakkan dengan cara stek. Tunas-tunas baru pun akan tampak setelah berusia sekitar 6 minggu.
Awalnya, tak banyak yang melirik budidaya bunga melati. Kesulitan dalam pemasarannya turut menjadi kendala utama.
Namun kini pengembangan usaha tani melati skala komersial mempunyai prospek cerah dan peluang pasarnya bagus. Tiap hari untuk keperluan tabur bunga dibutuhkan ratusan kilogram bunga melati.
Pasar potensial bunga melati adalah Jepang, Korea, Thailand, Taiwan dan Hongkong. Nilai ekonomi bunga melati semakin dibutuhkan dalam kehidupan maju (modern) untuk bahan baku industri minyak wangi, kosmetik, pewangi, penyedap the, cat, tinta, pestisida, pewangi sabun dan industri tekstil.
Meski peluang pasar bunga melati di dalam dan luar negeri cukup besar, produksi bunga melati Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 2% dari kebutuhan melati pasar dunia. Fenomena ini menunjukan peluang yang perlu dimanfaatkan dengan baik di Indonesia karena potensi sumber daya lahan amat luas dan agroekologinya cocok untuk tani melati.
Hasil studi agribisnis melati yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Tegal (Jawa Tengah) menunjukan bahwa usaha tani melati menguntungkan dan layak dikembangkan.
Atau untuk lebih konkritnya, bisa menilik sukses yang telah dilakukan para petani melati di Desa Agropolitan Bejiharjo Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, yang membudidayakan tanaman bunga melati di Dusun Grogol I seluas satu hektar.
Tahap pertama dikembangkan seluas 3.500 meter persegi, hasil budidaya tiap kilogram dibeli Rp 30 ribu. Sedangkan produksi per seribu meter persegi tiap hari rata-rata mencapai satu kilogram. Hasil penen ini mulai dapat dipetik setelah tanaman berumur delapan bulan. Dengan rata-rata tiap hari menghasilkan 4 kilogram bunga melati, maka penghasilan perhari mencapai rata-rata Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu.
Kalau sudah begitu, tentu saja budidaya melati bisa jadi bisnis yang cukup menguntungkan, dan semakin hari prospeknya semakin mekar dan harum seiring mekar dan harumnya bunga tersebut di pagi hari. (**/dari berbagai sumber)

1 komentar: