PADA suatu kesempatan liburan Imlek lalu, Zacky bersama saudara dan beberapa temannya diajak orangtua masing-masing mengunjungi penangkaran ular milik PT Hetts Bio Lestari di Jalan Namo Pencawir, Kecamatan Tuntungan, Deli Serdang.
Melihat ular? Awalnya bocah berusia 3,5 tahun itu terperangah hahkan langsung bersembunyi di balik badan ayahnya. Apalagi, bukan hanya satu, dua atau sepuluh ekor ular yang dilihatnya di situ. Namun ada puluhan ekor dari berbagai jenis dan ukuran.
Tapi rasa takut rupanya hanya sebentar. Dirayu-rayu, dan disodorkan seekor ular Pelangi, lambat laun timbul juga keberanian dan rasa ingin tahunya. Dari sekadar mendekat, menyentuh, mengelus, akhirnya berani juga dia memegang ular sepanjang lebih kurang tiga jengkal dan besar seukuran jari telunjuk orang dewasa itu.
Terpuaskanlah keingintahuan si bocah ini. Menyaksikan dan memegang langsung binatang yang selama ini hanya dilihatnya lewat layar kaca, melalui siaran Panji Sang Penakluk atau program-program pengetahuan alam yang sering disiarkan stasiun-stasiun televisi.
Tak cukup ular Pelangi yang memang tak berbahaya, akhirnya kepingin juga dia menyentuh dan memegang jenis ular lain yang lebih besar. Seekor ular Phyton berukuran kecil pun dipegang, bahkan yang lebih besar pun coba dielus walau tetap dalam pengawasan petugas yang ahli.
Mengenalkan jenis satwa liar semacam ular, mungkin bisa jadi pilihan edukasi bagi anak. Atau juga bagi orang dewasa yang selama ini ‘anti’ terhadap binatang melata ini.
Kenapa ular? Sebab satwa liar ini yang hidupnya paling dekat dengan kita, walau keberadaannya sering kali membuat kita tidak nyaman bahkan cenderung membuat kita ketakutan.
“Karena itu, misi PT Hetts Bio Lestari bukan sekadar menangkarkan ular demi kepentingan bisnis, tapi ikut berperan mengedukasi masyarakat tentang jenis-jenis ular, karakteristik serta yang utama tingkat bahayanya,” kata Ir Dedi Sumantri, staf PT Hetts Bio Lestari yang menangani divisi ular.
Sejatinya, ular merupakan salahsatu komponen penting dalam mata rantai kehidupan. Dan juga banyak manfaat yang bisa didapat dari ular, sebagai contoh dalam bidang kesehatan dan pertanian sebagaimana yang kini dikembangkan PT Hetts Bio Lestari.
“Oleh karena itu, kita harus mengenali jenis-jenis ular yang ada di sekitar kita. Di Indonesia, ada sekira 350 jenis yang terdata, dari sekian banyak itu hanya lima persen yang berbahaya bagi manusia. Paling tidak kita kenali jenis-jenis ular yang berbahaya, dibandingkan menyamaratakan semua ular berbahaya dan harus dibunuh,” papar Dedi.
Karena perannya yang penting dalam mata rantai kehidupan serta aneka manfaat lain yang bisa diambil, kita memang tak boleh memusnahkan ular dari bumi ini. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana caranya kita dapat hidup berdampingan dan lebih bersahabat dengan mereka, tanpa saling mengancam dan menyakiti. (**)
Sabtu, Februari 14, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wuih... ular!!!!!
BalasHapus