INI masukan berharga bagi masyarakat khususnya generasi muda yang kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) atau sulit mendapatkan pekerjaan. Dengan ketekunan serta inovasi, ternyata bisa menghasilkan kreasi yang berharga dan malah bisa menjadi sumber penghasilan yang lumayan.
Apa yang dilakukan Koad Chamdi, mengubah profesinya dari bekerja di sektor formal kini menjadi wirausahawan mandiri yang dibayangi prospek cerah dari hasil produk usahanya. Setelah PHK dari perusahaan pupuk di Lkokseumawe, dia mengalihkan mata pencahariannya menjadi pengusaha keripik buah, dan hasilnya kini produk olahannya mulai dikenal dan laku di pasaran.
Anda pernah dengar keripik nangka, salak atau nenas? Sebagian mungki n sudah pernah dengar dan merasakannya, namun banyak juga yang masih asing dengan jenis panganan ini karena terbiasa memakan keripik yang terbuat dari singkong atau pisang.
Di tangan Koad, aneka buah bisa menjadi olahan dan dibuat keripik yang mempunyai citarasa gurih dan berpeluang bisnis yang manis. “Ternyata buah-buahan itu bukan saja kaya manfaat, tapi juga kaya olahan,” cetus pria kelahiran 54 tahun lalu ini.
Bersama istrinya Herawati, Koad mengolah berbagai jenis buah menjadi keripik. Dia menamakan produknya Crispy 22.Untuk mengolah buah-buahan segar dan basah menjadi keripik yang garing, jelas Koad tidak menggunakan alat produksi yang biasa. Pria asal Pontianak ini menggunakan penggorengan khusus yang memasak dengan temperatur tertentu. Penggorengan ini berbentuk tabung panjang dan lonjong yang tertutup. Untuk melihat hasil olahan pemasak harus mengintip dari kaca sempit di atas tabung. Penggorengan diletakkan di atas kompor, dihubungkan dengan kolam bak kecil berisi air yang mengatur temperaturnya. “Namanya vacuum frying, khusus hanya untuk menggoreng olahan yang crispy,” jelas Koad.
Selain nenas, nangka dan salak, Koad juga berinovasi untuk menguji buah-buahan lain, seperti belimbing, semangka, apel bahkan cabai. “Cabai ternyata enak juga dijadikan keripik, pedasnya tidak hilang dan rasanya garing,” jelas bapak tiga orang anak ini.
Di dalam vacuum frying, buah dimasak dengan minyak goreng biasa. Hasil gorengan tidak banyak mengurangi bentuk buah potongan. Hanya saja potongan buah yang besar, menyusut karena kandungan airnya menyusut.
Dalam sehari, Koad bias menghasilkan sekitar 5 kilogram keripik, masing-masing nangka, nenas, dan salak. Jenis ini kadang ia tambahkan dengan jenis buah lain yang sudah pernah ia coba. “Saat ini saya masih mengamati bagaimana tanggapan masyarakat, olahan buah ini kan masih tergolong jarang di tengah masyarakat, kalau nanti sudah banyak pesanan, mungkin akan saya tambah dengan jenis yang lain,” papar Koad yang baru memulai usaha ini empat bulan lalu.
Koad juga mengemas per satu ons keripik buah dalam bungkus aluminium. Pengemasan yang apik dan menarik ini semakin membuat tampilan keripik menjadi unik. Rasa yang beda dengan kemasan unik, tentunya menjadi nilai tersendiri bagi produk tersebut.
Kowad menghargai perbungkus keripik olahannya Rp 9.000 dengan keuntungan hingga 30 persen.
Namun Koad mengakui, promosi dan pemasaran produknya ini masih dari mulut ke mulut. Agen atau konsumen yang sudah tahu datang langsung ke alamatnya di Jalan Beringin No. 25 Kompleks Wartawan Medan. Karena itu, tidak setiap hari Koad bekerja, terkadang ia menunggu hingga stok habis dan pesanan datang.
“Tidak tentu juga kapan saya memasak, tapi yang jelas dalam sebulan saya bisa menghabiskan modal Rp2 juta hanya untuk membeli buah-buahan,” paparnya.
Dia mengungkapkan, untuk buah, dipilihnya sesuai kualitas dan spesifikasi. Seperti nenas yang digunakan adalah nenas Labuhan Bilik. Atau salak yang ia dapatkan dari petani di kawasan pinggir Sungai Deli Medan.
Koad mempunyai harapan, suatu saat produk olahannya ini menjadi oleh-oleh khas Medan. “Selama ini oleh-oleh khas Medan, kalau tidak bika ambon ya bolu. Apa salahnya, orang punya pilihan lain seperti keripik buah ini,” ucapnya.
Namun untuk mewujudkan harapannya tersebut, Koad mengaku butuh dana yang lebih besar untuk modal usahanya guna membeli minimal satu lagi perangkat vacuum frying. Untuk alat ini saja harganya mencapai Rp37 juta, ditambah alat-alat lain seperti alat press dan lainnya dengan harga bervariasi.
“Karena itu, saya berterimakasih kepada teman-teman dari UKM Center Sumut yang telah memberi perhatian pada usaha saya ini. Mudah-mudahan mereka bisa ikut memperjuangkan saya mendapat tambahan modal,” katanya.
Setidaknya, dia berharap, suatu saat usaha ini bisa menjadi lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, khususnya bagi anak-anak muda. Karena jika usaha ini berjalan dengan kapasitas produksi yang lebih besar, akan banyak pekerjaan yang dilakukan seperti mengupas buah, mencuci, menggoreng hingga mengemas. (**)
Pak saya sangat tertarik dengan blog bapak ini..
BalasHapuskebetulan saya lagi mencari toko yang menjual aneka keripik buah di medan ini..
apakah sampai skrg produksi kripik ini masih berjalan ya pak?
LuckyClub - Play Online Casino with Free Spins
BalasHapusLuckyclub, also known as the Lucky Slots Online Casino luckyclub.live in Malaysia, is an online gambling and betting site that accepts players from all over the world.